Rahim Pengganti

Bab 93 "Rindu Tapi Tak Bisa Menyentuh"



Bab 93 "Rindu Tapi Tak Bisa Menyentuh"

0Bab 93     

Rindu tapi tak bisa menyentuh     

"Kamu yakin akan kembali?" tanya seorang pria paruh baya.     

"Iya Pi. Luna mau lanjutin bisnis Luna aja di sana," jawabnya.     

"Kenapa bukannya kamu mau kembali mendekati Elang?" tanya Papi Andi. Pria itu tahu, alasan utama akan untuk kembali ke Indonesia meskipun Andi juga tidak setuju akan hal tersebut, karena dirinya sudah memiliki calon yang tepat untuk Luna.     

"Hakikatnya mencintai adalah melepaskan Pi. Dan ini saatnya, aku rasa hubungan ini tidak bisa dipaksakan. Aku ingin bahagia, begitu juga dirinya."     

Mendengar hal itu membuat Andi memeluk erat putrinya yang ternyata sudah dewasa dan sudah bisa mengambil sebuah keputusan.     

"Apapun keputusan kamu, Papi akan selalu mendukung."     

"Terima kasih Pi," jawab Luna sembari memeluk erat Papinya. Luna tidak mau menjadi duri di dalam daging, dirinya juga akan meminta maaf kepada wanita yang ada di dalam hati Elang, dan menjelaskan semuanya. Karena dirinya tahu, bagaimana keduanya saling mencintai.     

***     

Carissa mendapatkan kabar mengenai Siska juga langsung terbang menuju Jakarta, wanita itu begitu panik saat mendengar hal itu. Bersama dengan bi Euis Carissa membawa Melody.     

Keduanya sampai di sebuah Hotal yang disewa oleh Carissa selama mereka di sana.     

"Bi kalian di sini aja dulu. Soalnya saya belum tahu bagaimana kondisi di sana, kalau memungkinkan nanti bisa kita ajak Melody," ucap Caca.     

"Iya bu. Di sini saja dulu, apalagi Neng Melody pasti capek. Kalau ibu mau saya pesankan teh atau langsung pergi?" tanyanya.     

"Saya pergi aja dulu bi. Kan rumah sakitnya tidak jauh dari sini, bibi kalau butuh sesuatu langsung hubungi room servis aja ya. Supaya bisa, segera di proses."     

"Siap ibu. Pasti," jawab bi Euis. Carissa segera pamit, wanita itu langsung pergi dari sana tak lupa Caca mengecup dahi sang anak lalu mulai melangkahkan kaki keluar dari hotel.     

Langkah kaki Caca berjalan dengan pelan, wanita itu sudah diberitahukan kamar milik Siska. Kondisi adik iparnya itu sudah lumayan membaik, hanya tinggal masa pemulihan. Mama Ratih ketika menelpon dirinya, terdengar sangat rapuh dan Carissa bisa merasakan perasaan itu.     

Tepat berada di depan kamar milik Siska. Wanita itu menarik nafasnya panjang, hal ini harus dirinya lakukan. Meskipun nanti dia akan bertemu dengan suaminya namun, Carissa harus bisa menekan egonya.     

Saat ini yang lebih tepat adalah mengurusi kondisi Siska yang sedang tidak baik baik saja.     

Ceklek     

Pintu kamar rawat Siska terbuka, hal pertama kali yang dilakukan oleh Caca hanya terdiam di sana di samping tempat tidur adiknya ada Mama Ratih yang duduk sembari berdoa untuk kesembuhan anaknya, sedang di sudut berbeda ada Bian yang terduduk dengan mata yang tajam.     

"Ma!!" panggil Carissa. Semua orang yang ada di sana langsung menoleh, Mama Ratih beranjak dari tempatnya dan memeluk erat menantunya itu. Air mata Mama Ratih kembali menetes, wanita itu mengatakan semua hal yang sudah terjadi.     

Sedangkan Bian hanya menatap istrinya itu, ada perasaan bahagia melihat Carissa untuk pertama kalinya sejak keduanya berpisah. Namun, melihat Caca yang seolah tidak melihatnya membuat hati Bian sakit.     

"Siska akan baik baik saja Ma," jawabnya.     

***     

Carissa duduk di sana bersama dengan Bian, Mama Ratih baru saja di minta oleh keduanya untuk pulang. Carissa akan menunggu sebentar lagi. Dirinya tadi juga sudah menghubungi Euis menanyakan keadaan Melody.     

Untunglah anaknya itu pengertian, Melody bukan tipe anak yang mudah rewel, karena setiap Caca pergi ketika anaknya tertidur. Wanita itu selalu membisikan kata kata kepada anaknya, sehingga ketika Melody bangun, anak itu akan bersikap baik.     

Bian hanya bisa menatap istrinya itu dari kejauhan, pria itu bingung harus bersikap seperti apa. Rasa canggung di antara keduanya terlihat sangat jelas.     

"Mas aku pamit pulang dulu, nanti besok aku ke sini lagi," ucap Caca yang sudah beranjak dari tempat duduknya.     

"Biar aku antar," jawab Bian.     

"Gak usah Mas. Aku bisa sendiri …,"     

"Gak ada penolakan ini sudah malam. Kalau kamu mikirin Siska, di sini ada suster. Sebentar lagi Jodi juga akan datang, ayo aku antar tidak baik kamu pulang sendirian," potong Bian. Carissa hanya bisa pasrah, akhirnya wanita itu menganggukan kepalanya.     

Saat Bian dan Caca keluar dari dalam ruangan Siska, bertepatan dengan hal itu juga Jodi datang. Pria itu kaget, saat melihat ada Carissa di sana, wanita yang sudah selama beberapa bulan ini di cari akhirnya pulang dan muncul kembali.     

"Lo apa kabar. Udah lama gak ketemu, makin cantik aja," puji Jodi. Mendengar pujian itu keluar dari mulut, Jodi seketika rahang Bian mengerang. Jodi yang melihat perubahan ekspresi wajah, yang ditampilkan Bian seketika langsung salah tingkah dan Jodi masuk tanpa berkata hal lain.     

***     

Sepanjang jalan, keduanya tidak banyak berbincang. Hanya kesunyian yang ada, saat akan menyebrangi jalanan Bian langsung meraih tangan Caca. Hal itu sontak membuat getaran aneh di antara keduanya.     

Setelah sampai di depan lobby hotel, Carissa segera melepaskan tangan mereka, wanita itu tidak mengerti dengan keadaan jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang, Caca yakin jika saat ini pipinya sudah sangat merah.     

"Masuk dulu Mas," ajak Caca. Bian mendapatkan penawaran seperti itu tidak menyia nyiakannya. Pria itu langsung masuk, dan hal pertama yang di lihat Melody tertidur di atas tempat tidur.     

"Ibu sudah pulang?" tanya bi Euis. Caca tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Bi Euis yang mengerti dengan kerinduan Bian, segera pergi dan masuk ke dalam kamarny.     

Carissa sengaja memesan satu room yang memiliki dua kamar, supaya mereka bisa lebih leluasa dalam segala hal.     

Bian langsung menuju tempat tidur, pria itu mengecup pipi anaknya. Melody menggeliat, anak itu pelan pelan membuka matanya. Sontak saja Bian segera memberikan tepukan di kaki Melody. Namun, hal itu semakin membuat Melody menajamkan matanya.     

"Yayah," ucap Melody. Mendengar suara anaknya memanggil dirinya membuat sudut mata Bian mengalirkan air mata. Pria itu sungguh merindukan Melody, anak gadisnya yang sudah selama hampir tujuh bulan tidak bertemu.     

Melody yang juga merasakan rasa itu segera memeluk leher Bian. Dan selalu menyebut dan memanggil 'ayah' dengan suara cadelnya.     

Carissa terharu, wanita itu masuk ke dalam kamar mandi. Di dalam sana, Caca menangis haru melihat Melody yang begitu merindukan sosok ayahny.     

"Maafin Bunda, nak," gumamnya.     

***     

Carissa kaget ketika, melihat Melody tertidur dengan memeluk Bian. Anak itu begitu posesif dengan ayahnya bahkan Bian sudah berusaha melepaskan Melody tapi tetap tidak mau.     

"Maaf," ucap Bian tidak enak. Pria itu tahu, jika Carissa masih butuh waktu. Bian juga tahu, di dalam kamar mandi tadi Caca menangis menumpahkan segala kegundahan hatinya.     

"Gak apa apa Mas. Tapi kamu gak bisa mandi? Itu Melody gak mau di lepas," ucap Caca.     

"Iya. Tapi gak apa apa. Aku tetap wangi, makanya Melody suka di dekat aku," jawab Bian dengan pedenya.     

Carissa malas berdebat dengan Bian, hanya bisa menatap datar suaminya itu.     

###     

Nah loh ada yang udah ketemu. Hehehe, Melody bisa aja ya, bikin Ayah dan Bundanya menyatu kembali. Selamat membaca dan terima kasih.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.